Alhamdulillahi robbil aalamiin, masa PSBB sudah lewat. Kalau tulisan ini ditemukan dan dibaca kemudian hari,.... pada Maret 2020-Juni 2020 dilakukan pembatasan skala besar akibat Pandemi COVID 19. catat!!! ini benar2 sebuah situasi yg bisa dianggap membolakbalik, mengacaukan dan kemudian menata kembali sebagian besar dinamika kehidupan. Nanti anak cucu kita bisa membaca bahwa pada bulan2 itu, semua sekolah tutup, terminal bandara tutup. Tidak ada kendaraan umum jalan ataupun pesawat diterbangkan. Sulit dibayangkan di masa serba moderen ini, tiba-tiba diminta "mundur-tiarap" ...tidak kemana-mana secara fisik. Untung masih ada internet, sehingga masih bisa kemana-mana secara virtual. Semua berhenti dan dianjurkan di rumah. Yang masih keluar rumah umumnya pekerja sektor informal yang kalau tidak keluar tidak ada pemasukan. Demi hidup mereka menantang maut. begitulah kira-kira.
Saya yang selama 27 tahun kerja tiap hari ke kantor (kecuali pas cuti), harus ngantor di rumah.. Aje gileee. Bagi saya ini hadiah ter-epic. Tidak bermaksud mengurangi rasa simpati pada yg masih harus keluar rumah untuk mencari nafkah, saya merasa mendapat berkah. Kalau orang merasa bosan di rumah saya tidak. Sesekali pengen sih pernah, tapi tidak pengen banget. kalau gak bisa saya gak perlu gedorgedor pintu. Saya memang orang rumahan.
Kondisi saya ideal banget lah. Masih bisa kerja, mengajar, menata administrasi kantor dari rumah. Tentu saja, income ya masih relatif lancar (terus terang pemasukan juga menurun😆). Tapi kebangetan kalau tidak bersyukur. Saya saaangat bersyukur.
Kalau direnung dicermati, kita bisa berhemat apa??? BUANYYAAKKK. Kalau dirinci ini:
- pakaian kerja dan pergi-pergi, sebagaian besar ganti daster. Mungkin tahun depan tdk diberi seragam, karena yg tahun ini utuh. lagian kampus juga perlu berhemat.
- sepatu dan sandal cantik ganti sandal jepit sepuluh rebuan. Para sepatu dibungkus rapi, menunggu entah kapan dipakai lagi.
- bedak lipstik dan kawan2nya,,, utuh sejak Maret. Cuma butuh untuk skin care saja, biar tetap glowing
- uang jajan, kebiasaan di rumah, makan pagi masak, makan siang biasanya beli, sekarang takut beli jadi masak sendiri, toh ada di rumah. sebagai ibu, aku juga merasa ada pengiritan uang jajan dan transport anak-2.
- Uang bensin, pernah ku perhatikan sebulan kemarin tidak beli pertamax untuk Karmun blas. Tapi diawal2 PSBB memang aki sempat tekor dan terpaksa beli aki baru. Memang aki si Karmun sudah diindikasi sakit sih.
- uang ngemall, waah ini hilang blas. biasanya paling tidak seminggu dua kali ke Mall, bukan hobby. Karena Ais kursus EF di TP 6 ya paling tidak dia ke Mall, kadang berangkat sendiri kadang diantar. sekali berangkat, karena gak berani parkir sendiri, pasti pake vallet. Ya sekali datang paling tidak 200 rebu. Duh, kalau diingat uang rasanya susah didapat tapi habisnya cepat
Memang ada biaya yang meningkat juga sebagai konsekuensi tentu saja. Yang jelas kelihatan adalah biaya internet. Kami membutuhkan internet cepat dan banyak untuk kerja, ngajar, dan anak2 kuliah. bulan2 pertama PSBB bisa habis sampai 700 ribuan, ini fenomenal karena biasanya hanya 300 ribuan. Pasang WIFI di rumah menjadi keharusan. Yang seharusnya meningkat adalah air dan listrik karena semua di rumah. Tapi sejauh ini tagihan belum nampak meningkat karena belum dicek.😅. jadi tagihan kelihatannya dibuat rata-rata. Ya Wes embuh lah