tiga bulan ini, sejak 20 September 2016, kehidupanku berubah total. Ibu (embahnya anak-anak) dipanggil yang Maha Memiliki Hidup dan Kehidupan. Aku yang sehari-hari bertemu dengan ibu, harus kehilangan beliau. Memang bukan sebuah kabar yang mengejutkan karena dalam dua tahun ini embah sakit. Seperti yang kutulis dalam blog ku yang lalu, awal Ramadhan embah masuk rumah sakit. Meskipun begitu, tetap saja, nglangut rasanya.
Apalagi, aku dan adikku menjadi saksi dan pengantar kepergian Ibu. Prosesnya, ekspresinya, lemahnya aku berada disamping beliau. Aku akan mengingat rasa itu sampai hayat.